Aktivitas apapun yang kita kerjakan akan terasa enjoy, enak, dan akan muncul perasaan senang apabila dikerjakan tanpa tekanan. Namun pekerjaan akan terasa berat, akan membebani pikiran dan mungkin sangat tidak maksimal apabila pekerjaan itu dibawah perintah atau dalam proses penilaian. Kita ambil sebuah contoh, berjalan, siapa saja tidak akan pernah kaku dalam berjalan, namun disaat seseorang disuruh berjalan dan akan dinilai maka mungkin muncul perasaan kaku dan boleh jadi dia berjalan tidak seperti biasanya dan boleh jadi juga dia akan menampilkan cara berjalan yang selama ini tidak pernah dia lakukan, dan celakanya lagi sang penilai akan memberikan cap, vonis bahwa orang tersebut tidak bisa berjalan dengan baik berdasarkan hasil penilaiannya. Dan inilah yang akan menjadi predikat yang akan disandang selamanya. Akhhh jadi lucu. Kok ngomongin jalan sih bang, kan judulnya supervisi terpadu, kok ngomongin cara jalan.
Akar masalahnya begini, beberapa waktu yang lalu saya di supervisi dan hasilnya sangat buruk menurut versi saya sendiri, soalnya saya tidak bisa menunjukkan yang terbaik, bahkan sama sekali tampak seperti orang yang baru mengajar, tidak terarah dan tidak jelas. "Memangnya gak ada persiapan yang bang". Ooo jangan salah satu bulan sebelum supervisi sudah disampaikan memang sama Bapak Kepala Sekolah bahwa akan diadakan pada tanggal sekian, dan mulai pada saat itu sudah dibuat persiapannya, mulai download semua perangkat ADM yang akan dinilai, dan bukan cuma kelas yang diampuh, 1 sekolah dari kelas 1 sampai kelas 6, di download semua, rampung, lengkap, terstruktur, rapi. "Trus masalahnya apa nih" gini semua adm yang terdownlod tidak ada yang dicetak, kita kan sudah mengarah kepada digital, dimana adm, media, dll sebagainya semuanya disimpan secara online, google drive umpamanya atau dalam bentuk web dll, menuju era tinggal landas kata Pak Harto dulu, tea maki cetaki, perlihatkan mami apa yang kita punya secara online, nanti saya yang bertanggung jawab, nanti saya yang perlihatkan semua yang kita punya. gitu kata saya.
Sial....
Keesokan harinya pas hari dimana tim datang, semua teman sudah cetak admnya yang akan diperiksa, kecuali saya,
Dan lebih celakanya lagi pemeriksa tidak mau terima jika tidak tidak dalam bentuk print out, dalam keadaan bersih tegang karena tidak ada kesepakatan langsung lagi disuruh ngajar, simulasi, memperlihatkan bagaimana cara mengajar yang sebenarnya, busett....
Mengajar itu adalah suatu proses memanusiakan manusia, bukan cuma sekedar proses mentransfer ilmu tetapi lebih utama adalah mendidik, membentuk karakter anak, dan mempersiapkan diri anak untuk mampu lanjut ke jenjang berikutnya. Dalam mengajar butuh ketenangan, kontrol emosi, suasana menyenangkan, memiliki komunikasi yang terarah dan lebih khusus adalah suasana hati sang guru. Bagaimana mungkin kita bisa menunjukkan cara mengajar yang baik jika barusan terjadi insiden di dalam kelas, hehehehe
Terus terang ini cuma persoalan sudut pandang, bagaikan dua sisi pada sebuah koin, saya menganggap bahwa sudah saatnya kita mengarah pada modernisasi, digitalisasi, mengikuti zaman, sementara sang supervisor masih menerapkan pola lama, print out, adm dengan tulis tangan, tidak terima bila masih di dalam hardisk.
Aduuhhhh kecewa.....
Sementara mengajar sang supervisor sudah mulai berbisik sambil melirik ke arah saya, entah apa yang mereka bisikkan namun saya mulai tidak enak, nervous, sekaligus mulai marah, mungkin karena cara saya mengajar yang buruk dan tidak terarah, atau mungkin juga mereka sedang membicarakan perihal lain dan tidak ada hubungannya dengan saya, namun pada hari itu saya sudah tidak enak, tidak mut.
Sementara saya menjelaskan di depan siswa saya tiba-tiba dia menyela "akhiri saja" yaaa ampun.... Mimpi apa aku semalam... Kok apes banget hari ini...., Bukankah selama ini saya dikenal sebagai guru yang terampil???, Bukankah saya mendapat pengakuan dan penilaian positif dari kepala sekolah dan teman sejawat dalam hal mengajar???, bukan saya selama ini diakui, disegani, dikagumi dalam hal mendidik anak-anak??? "skali-skali memuji diri sendirilah hehehehe".
Yang jelasnya saya sangat kecewa dengan diri saya sendiri, ingin rasanya menghindar dari yang namanya supervisi selamanya, kalau perlu sampai pensiun, dalam pikiran saya jika ingin mendapat nilai baik dari sang supervisor maka berbuatlah sesuai keinginannya, meskipun apa yang kita lakukan adalah hal yang istimewa menurut pribadi kita toh belum tentu baik dimata supervisor, apalagi jika supervisornya gatek,
Singkat cerita setelah saya menutup pelajaran, sang supervisor langsung meninggalkan kelas saya, padahal setahu saya yang namanya supervisi adalah pembinaan, bukan mencari celah, mencari kekurangan, tetapi memberikan pembinaan agar proses pembelajaran dan kualitas pendidikan meningkat, setelah melakukan penilaian maka selanjutnya adalah tindak lanjut, memberikan masukan, saran, arahan kepada klien atau guru, namun kali ini tidak, sang supervisor masuk ke kelas saya, memeriksa dan keluar begitu saja.
Ampuuuun,
Yaaa Rabb ku, ampunilah kesalahanku dan anugerahilah kepadaku ketenangan, karena jujur saya sedang galau.